Yogyakarta (13/10) – Srikandi Lintas Iman, sebuah komunitas perempuan lintas agama, kembali menggelar pelatihan intensif tentang resolusi konflik dan perdamaian. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh 18 peserta pelatihan perempuan dari berbagai latar belakang. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan mediasi yang efektif.
Melalui serangkaian materi dan simulasi, peserta diajarkan tentang berbagai teknik komunikasi yang efektif, negosiasi yang adil, dan mediasi yang konstruktif. Selain itu, peserta juga diajak untuk memahami akar penyebab konflik dan cara mencegahnya.
Suasana hangat dan terbuka mewarnai pelatihan resolusi konflik yang membahas rencana pembangunan sebuah gereja di lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Melalui dialog yang intensif, peserta berhasil mengidentifikasikan akar permasalahan dan merumuskan solusi bersama.
Perwakilan warga Muslim menyampaikan kekhawatiran mereka akan potensi gangguan ibadah akibat suara musik dari kegiatan Gereja, serta keterbatasan lahan parkir. Sementara itu, perwakilan warga Kristen menegaskan niat baik mereka untuk hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat sekitar.
“Saya mewakili saudara Muslim tentu sangat khawatir jika nanti saudara Kristen mendirikan gereja di dekat masjid karena dikhawatirkan ketika ada kegiatan yang waktunya bersamaan nanti akan menganggu kegiatan orang Muslim. Kita juga tidak mempunyai lahan parkir yang luas untuk parkir jika nanti ada kegiatan yang waktunya bersamaan, dan dari saudara Muslim setiap hari Jumat ada kegiatan Salat Jumat tentunya kita khawatir jika nanti ada gereja akan menganggu proses jalannya ibadah orang Muslim, karena kita dari Muslim butuh situasi yang tenang untuk beribadah, dan jika Kristen pada hari Minggu ada acara, kami dari Muslim merasa terganggu dengan adanya musik-musik orang Kristen,” ujar saudara muslim.
Dalam diskusi yang intens, para peserta menyimpulkan beberapa solusi yang diharapkan dapat mengakomodir kepentingan semua pihak, salah satu usulan menarik adalah mengelola pendapatan dari parkir bersama untuk mendanai kegiatan kreatif lingkungan yang melibatkan seluruh warga sekitar. Selain itu, disepakati pula bahwa gereja akan menghindari kegiatan yang bising pada hari Jumat untuk menghormati waktu salat Jumat. Sebagai upaya tambahan, pihak gereja bersedia memasang peredam suara jika masalah kebisingan masih menjadi kendala dan sumber masalah nantinya.